judul blog

ale manis, beta manis, ambon jua manis || yang hitam itu manggustan, yang manis itu manggustan, yang hitam itu ambon, yang manis itu ambon

Sabtu, 14 Mei 2011

⚫ perjalanan perjuangan PAHLAWAN Maluku_KAPITAN PATTIMURA

Kapitan Pattimura yang bernama asli Thomas Matulessy, ini lahir di Negeri Haria, Saparua, Maluku tahun 1783. Perlawanannya terhadap penjajahan Belanda pada tahun 1817 sempat merebut benteng Belanda di Saparua selama tiga bulan setelah sebelumnya melumpuhkan semua tentara Belanda di benteng tersebut. Namun beliau akhirnya tertangkap. Pengadilan kolonial Belanda menjatuhkan hukuman gantung padanya. Eksekusi yang dilakukan pada tanggal 16 Desember 1817 akhirnya merenggut jiwanya.

Perlawanan sejati ditunjukkan oleh pahlawan ini dengan keteguhannya yang tidak mau kompromi dengan Belanda. Beberapa kali bujukan pemerintah Belanda agar beliau bersedia bekerjasama sebagai syarat untuk melepaskannya dari hukuman gantung tidak pernah menggodanya. Beliau memilih gugur di tiang gantung sebagai Putra Kesuma Bangsa daripada hidup bebas sebagai penghianat yang sepanjang hayat akan disesali rahim ibu yang melahirkannya.

Dalam sejarah pendudukan bangsa-bangsa eropa di Nusantara, banyak wilayah Indonesia yang pernah dikuasai oleh dua negara kolonial secara bergantian. Terkadang perpindahtanganan penguasaan dari satu negara ke negara lainnya itu malah kadang secara resmi dilakukan, tanpa perebutan. Demikianlah wilayah Maluku, daerah ini pernah dikuasai oleh bangsa Belanda kemudian berganti dikuasai oleh bangsa Inggris dan kembali lagi oleh Belanda.

Thomas Matulessy sendiri pernah mengalami pergantian penguasaan itu. Pada tahun 1798, wilayah Maluku yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda berganti dikuasai oleh pasukan Inggris. Ketika pemerintahan Inggris berlangsung, Thomas Matulessy sempat masuk dinas militer Inggris dan terakhir berpangkat Sersan.

Namun setelah 18 tahun pemerintahan Inggris di Maluku, tepatnya pada tahun 1816, Belanda kembali lagi berkuasa. Begitu pemerintahan Belanda kembali berkuasa, rakyat Maluku langsung mengalami penderitaan. Berbagai bentuk tekanan sering terjadi, seperti bekerja rodi, pemaksaan penyerahan hasil pertanian, dan lain sebagainya. Tidak tahan menerima tekanan-tekanan tersebut, akhirnya rakyat pun sepakat untuk mengadakan perlawanan untuk membebaskan diri. Perlawanan yang awalnya terjadi di Saparua itu kemudian dengan cepat merembet ke daerah lainnya diseluruh Maluku.

Di Saparua, Thomas Matulessy dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan. Untuk itu, ia pun dinobatkan bergelar Kapitan Pattimura.
Tanggal 15 Mei 1817 merupakan hari terakhir perjuangan Pahlawan Pattimura sebelum diekskusi mati oleh penjajah Belanda. Pada tanggal 16 mei 1817, suatu pertempuran yang luar biasa terjadi. Rakyat Saparua di bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura tersebut berhasil merebut benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya tewas, termasuk Residen Van den Berg.

Pasukan Belanda yang dikirim kemudian untuk merebut kembali benteng itu juga dihancurkan pasukan Kapitan Pattimura. Alhasil, selama tiga bulan benteng tersebut berhasil dikuasai pasukan Kapitan Patimura. Namun, Belanda tidak mau menyerahkan begitu saja benteng itu. Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan pasukan yang lebih banyak dilengkapi dengan persenjataan yang lebih modern. Pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan terpukul mundur.

Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda. Bersama beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Di sana beberapa kali dia dibujuk agar bersedia bekerjasama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.

Akhirnya dia diadili di Pengadilan kolonial Belanda dan hukuman gantung pun dijatuhkan kepadanya. Walaupun begitu, Belanda masih berharap Pattimura masih mau berobah sikap dengan bersedia bekerjasama dengan Belanda. Satu hari sebelum eksekusi hukuman gantung dilaksanakan, Pattimura masih terus dibujuk. Tapi Pattimura menunjukkan kesejatian perjuangannya dengan tetap menolak bujukan itu. Di depan benteng Victoria, Ambon pada tanggal 16 Desember 1817, eksekusi pun dilakukan.

Kapitan Pattimura gugur sebagai Pahlawan Nasional. Dari perjuangannya dia meninggalkan pesan tersirat kepada pewaris bangsa ini agar sekali-kali jangan pernah menjual kehormatan diri, keluarga, terutama bangsa dan negara ini.
Selengkapnya...

⚫ Filofosi [Patung Pattimura]



Pembangunan patung pahlawan Pattimura berdasarkan filosofi tanggal, bulan dan tahun perjuangan Thomas Matulessy yakni 15 Mei tahun 1817.

Patung dan dudukan dibuat setinggi 15 meter, perlambang tanggal 15. Kolom peyangga dudukan patung lima buah, perlambang bulan Mei.
Sedangkan tahun 1817 dilambangkan dengan tangga pelataran 10 buah dan pola lantai dari anak tangga pelataran berbentuk anak panah delapan buah serta balok sirip pada dudukan patung berbentuk kisi-kisi 17 buah.
Selengkapnya...

⚫ Pattimura ! [Puisi ini ditulis almarhum Yos Sudarso, tahun 1959]

Jika kau tanya apa jasaku,
akan aku jawab tidak ada.
Jika kau tanya apa baktiku,
akan aku jawab tidak ada.
Aku hanya melaksanakan kewajiban,
tidak lebih tidak kurang.
Bahkan bendera Viktory yang kukibarkan
bukan pula bendera pahlawan,
tetapi hanya bendera kewajiban
yang akan tetap kunaikkan.
Terima kasih Pattimura, terima kasih para djanto.
Pattimura, kita akan bertemu lagi di laut biru
di bawah bendera kewajiban.

Surabaya, 1959

Pattimura digantung mati dan jenazahnya dibuang ke laut biru Teluk Ambon, di antara Air Salobar dan Amahusu. Beberapa waktu kemudian, persisnya 15 Januari 1962, Yos Sudarso gugur dalam pertempuran di Laut Arafuru.
Luar biasa. Beliau bagai menubuatkan kematian diri dalam puisinya : “Pattimura, kita akan bertemu lagi di laut biru di bawah bendera kewajiban.”
Yos Sudarso, sang pahlawan sang penyair, akhirnya bertemu Pattimura di laut biru, di bawah bendera kewajiban yang sama yakni membela tanah air dan bangsa Indonesia.
Selengkapnya...

Jumat, 13 Mei 2011

⚫ mengingat kembali sosok PAHLAWAN Maluku_KAPITAN PATTIMURA

  
Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura
Nama Asli             :Thomas Matulessy
TTL                      : Negeri Haria, Pulau Saparua,Maluku.Tahun 1783
Meninggal             : Benteng Victoria,Ambon,16 desember 1817.






Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Melchior Kesaulya,Anthoni Rabhok,Philip Latumahina,dan Ulupaha. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai “PAHLAWAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN” oleh pemerintah Republik Indonesia.



Terdapat Patung Pattimura sebagai apresiasi penghargaan atas semangat kejuangan Kapitan Pattimura dan kawan-kawan.
Pesan terakhir Kapitan Pattimura sebelum menaiki tiang gantungan pada tahun 1817:
"Beta akan mati,tetapi nanti akan bangkit Pattimura-Pattimura muda,yang akan meneruskan beta punya perjuangan"


Selengkapnya...